Bioindustri Omnipresen

Blog

Menelusuri Penggunaan Shellac sebagai Finishing Tradisional yang Ramah Lingkungan​

Meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan dan pemakaian bahan yang berkelanjutan, penggunaan shellac sebagai finishing tradisional yang ramah lingkungan​ kembali menarik perhatian. Bahan finishing alami ini mampu menciptakan tampilan estetik yang khas dan punya berbagai keunggulan. 

Shellac dikenal dengan kemampuannya untuk menciptakan hasil akhir yang mengkilap, memperindah serat kayu, serta meningkatkan daya tahan permukaan tanpa bahan kimia berbahaya. Pemakaiannya sendiri sudah meluas sejak ratusan tahun lalu dan meluas ke seluruh dunia. 

Lebih dari sekedar bahan finishing, shellac mencerminkan filosofi kerja yang menghargai proses alami dan estetika tradisional. Tidak heran banyak yang masih menggunakannya di era modern ini. 

Untuk mengetahui lebih dalam tentang shellac, kami akan membagikan informasi asal usul, karakteristik, teknik penggunaan, hingga tantangan pemakaiannya di era modern. Jika Anda sedang mempertimbangkan pemakaian shellac, sebaiknya simak dulu informasi lengkapnya dalam artikel ini. 

Mengenal Shellac: Asal usul, karakteristik dan bahan alaminya 

Shellac termasuk bahan finishing yang mulai terlupakan di era modern setelah hadirnya berbagai produk cat kimia. Namun, shellac masih bisa jadi bahan finishing pilihan untuk Anda saat ini. 

Sebelum menggunakannya, kenali seperti apa shellac, asal usul, hingga karakteristiknya berikut ini:

Apa itu shellac?

Shellac merupakan resin alami yang dihasilkan oleh serangga betina bernama Kerria lacca, yang hidup di pohon-pohon tertentu di India dan Thailand. Serangga ini menghisap getah pohon dan mengeluarkan resin sebagai pelindung bagi larvanya. 

Resin inilah yang kemudian dikumpulkan, dibersihkan, dan diproses menjadi bentuk serpihan kering dan siap digunakan dalam berbagai aplikasi. Termasuk pemakaiannya sebagai bahan finishing kerajinan kayu tradisional. 

Baca Juga: Macam-macam Finishing untuk Kerajinan Kayu yang Aman dan Ramah Lingkungan

Sejarah singkat shellac

Shellac telah digunakan sejak 3.000  tahun lalu yang dikenal dengan nama ‘Lakshal’ dan dimanfaatkan sebagai pewarna, perekat, dan pengobatan tradisional. Namanya berasal dari kata Sansekerta ‘lakh’ yang artinya adalah serangga penghasil resin. 

Penggunaan shellac menyebar ke Eropa setelah perjalanan Marco Polo, sejak abad ke-17. Shellac kemudian semakin populer sebagai bahan pelapis karya seni dan mebel. Di abad ke-19, shellac mengalami puncaknya sebagai bahan finishing transparan. 

Produksinya pun besar-besaran di Eropa, khususnya Jerman dan masih terkenal sampai saat ini. Bahkan, banyak upaya untuk mengolah shellac sebagai bahan finishing tanpa warna atau pernis transparan. 

Karakteristik shellac

Ada beberapa keunggulan shellac yang masih terus diakui sampai saat ini, yaitu:

  • Ramah lingkungan: Karena berupa resin alami, shellac dapat terurai secara hayati dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya. 
  • Cepat kering: Shellac dapat mengering dalam hitungan menit yang akan mempercepat proses finishing. 
  • Mudah diaplikasikan: Shellac dapat diaplikasikan dengan kuas, kain, atau semprotan. 
  • Memberikan hasil akhir yang mengkilap: Tampilan kerajinan kayu semakin estetis dan juga khas dengan lapisan shellac. 
  • Dapat diperbaharui: Lapisan shellac yang rusak dapat diperbaiki dengan mudah tanpa harus menghapus lapisan sebelumnya. 

Bahan alami dan komposisi kimia 

Melansir Science Direct, shellac terdiri dari campuran kompleks asam hidroksi, termasuk aleuritic acid, jalaric acid, dan shellolic acid. Komposisi ini memberikan sifat adhesif dan pelindung pada shellac, menjadikannya efektif sebagai pelapis permukaan.

Teknik penggunaan shellac sebagai finishing tradisional yang ramah lingkungan​

Dengan sifatnya yang ramah lingkungan, shellac bisa menjadi pilihan bahan finishing untuk kerajinan kayu hingga mebel. Dengan teknik aplikasi yang tepat, maka hasilnya pun tidak kalah indah. 

Berikut ini teknik pemakaian shellac yang benar dan tepat:

Persiapan permukaan kayu

Persiapkan permukaan kayu dengan teknik pengamplasan yang tepat supaya menghasilkan lapisan yang halus. Gunakan amplas dengan grit 180 hingga 220 hingga rata dan bersihkan dari segala jenis debu. 

Permukaan kayu juga harus dipastikan benar-benar kering agar tidak ada kelembaban yang terjebak di bawah lapisan shellac. Jika perlu, Anda bisa menjemur kayu terlebih dahulu. 

Pembuatan larutan shellac 

Shellac kering yang sudah Anda persiapkan perlu dicampur dengan alkohol denaturasi. Campurkan menggunakan perbandingan 1 bagian shellac dengan 4 bagian alkohol. 

Larutkan hingga mencapai tingkat kekentalan yang diinginkan dan diamkan terlebih dahulu sekitar 12-24 jam sampai larut dengan sempurna. Aduk setiap kali untuk digunakan agar tidak ada larutan yang mengendap.

Aplikasi lapisan pertama 

Penggunaan shellac sebagai finishing tradisional yang ramah lingkungan​ adalah selapis dengan selapis. Anda bisa menggunakan kuas atau kain katun bersih dan mengoleskan shellac tipis-tipis ke permukaan kayu. 

Usapkan mengikuti arah serat kayu dan biarkan lapisan tersebut mengering sekitar 30 menit hingga 1 jam. 

Pengamplasan ringan coating pertama 

Setelah kering, amplas ringan permukaan kayu dengan kertas amplas halus, seperti grit 320 atau 400. Haluskan permukaan kayu sekaligus membuka permukaan pori kayu untuk memudahkan lapisan selanjutnya menempel.

Aplikasi lapisan selanjutnya 

Ulangi proses aplikasi hingga mencapai kurang lebih 3-4 lapisan atau sampai memiliki tampilan yang diinginkan. Setiap lapisan harus benar-benar kering sebelum diaplikasikan secara ulang. 

Finishing dan pemolesan 

Setelah lapisan terakhir mengering, permukaan dapat dipoles dengan kain lembut atau digosok ringan dengan steel wool halus. Kemudian, berikan wax untuk menambah kilap sekaligus perlindungan. 

Tantangan dan keterbatasan penggunaan shellac di era modern 

Meskipun penggunaan shellac memiliki sejarah yang panjang, tapi di era modern ini banyak tantangan yang muncul. Tantangannya tidak lain kelemahan shellac dalam memberikan perlindungan masih tergolong minim. 

Shellac tidak tahan terhadap panas, air, dan juga paparan bahan kimia, sehingga membuat lapisannya mudah rusak. Jika digunakan sebagai lapisan kerajinan kayu yang disimpan dalam ruangan, maka shellac masih cukup aman. 

Hanya saja, jika dipakai untuk meja dapur, furnitur kamar mandi, atau mebel outdoor maka masih kurang cocok. Selain kelemahan tersebut, konsistensi kualitas shellac juga masih kerap menjadi kendala. 

Karena dari bahan alami, warna shellac bisa bervariasi tergantung dengan musim panen dan proses pemurniannya. Di sisi lain, proses aplikasinya juga membutuhkan keterampilan khusus yang membuats pengrajin modern kerap kali kurang menguasai. 

Jadi tidak heran, banyak pelaku industri untuk memilih bahan finishing sintetis yang lebih praktis dan tahan lama. Sebagai alternatif, cat water based kini banyak digunakan karena lebih tahan terhadap air, cepat kering, rendah voc, dan pastinya ramah lingkungan. 

Finishing water based juga memberikan hasil yang jernih, tidak menguning sering waktu, menjadikannya cocok untuk berbagai jenis proyek industri. Salah satunya adalah cat water based dari Bioindustries. 

Mulai dari produk pernis sebagai pengganti shellac, wood stain untuk pewarna kayu, hingga wood filler sebagai dempul tersedia secara lengkap. Bahkan, dengan bahan pelarut berupa air, Anda bisa menghemat biaya produksi secara keseluruhan. 

Penggunaan shellac sebagai finishing tradisional yang ramah lingkungan​ bisa jadi bahan pertimbangan. Khususnya produk kayu yang disimpan dalam ruangan, sehingga meminimalisir kelemahan dari coating shellac. 

Apabila Anda mencari bahan alternatif shellac yang juga aman, cepat kering, dan memberikan warna transparan, cat water based dari Bioindustries bisa jadi pilihan. Untuk mendapatkan produknya, Anda bisa klik banner di bawah ini. 

tanya cs bio
Hotline dan Konsultasi