Bioindustries

Blog

Pengeringan Kayu Oven vs Alami, Mana Metode yang Tepat untuk Pasar Ekspor

Metode pengeringan kayu oven vs alami sering jadi perdebatan bagi pelaku usaha yang menciptakan furniture untuk membidik pasar ekspor. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menurunkan kadar air kayu hingga ideal. Namun, dalam hal waktu, biaya, konsistensi, dan memenuhi standar ekspor sangatlah berbeda. 

Pengeringan kayu bukan sekedar tahap tambahan dalam proses produksi melainkan faktor krusial yang menentukan apakah produk bisa diterima di pasar internasional. Negara tujuan ekspor, seperti Amerika, Jepang, hingga Eropa memiliki standar kadar air kayu yang cukup tinggi. 

Umumnya, kayu yang akan diekspor harus memiliki kadar air ideal antara 8-12% agar tetap stabil. Tanpanya, kayu akan mudah melengkung dan retak, mudah terkena serangan jamur dan serangga, dan risiko produk ditolak buyer. 

Sebagai proses pengawetan, pengeringan kayu tidak bisa dilakukan sembarangan demi hasil yang optimal. Nah, antara kayu oven dan pengeringan alami, manakah yang cocok untuk furniture ekspor? Yuk, selami lebih dalam melalui artikel ini.

Metode pengeringan kayu oven (kiln drying)

Untuk lebih mengenal pengeringan kayu oven, Anda bisa mempelajari pengertian, cara kerja, kelebihan, hingga kekurangannya ini:

Definisi dan cara kerja 

Pengeringan kayu oven atau yang lebih dikenal dengan kiln drying adalah metode pengeringan yang dilakukan dalam ruang tertutup (kiln) dengan pengaturan suhu, kelembapan, dan sirkulasi yang terkontrol. 

Menurut cara kerjanya adalah sebagai berikut: 

  • Kayu disusun dalam ruang kiln, kemudian dipanaskan secara bertahap agar kadar air berkurang secara merata. 
  • Udara panas dan kering di dalam oven menarik kelembapan dari kayu hingga mencapai kadar ideal, umumnya 8-12% sesuai standar ekspor. 
  • Operator kiln dapat mengatur suhu serta kelembapan untuk mencegah kerusakan seperti retak atau melengkung. 

Kelebihan

Dengan cara kerjanya yang mengandalkan oven, ada beberapa kunggulan dari metode ini:

  • Kadar air lebih terkontrol, sehingga hasil lebih presisi sesuai standar internasional. 
  • Waktu pengeringan cenderung cepat, hanya memakan waktu beberapa hari hingga minggu, jauh lebih singkat dibandingkan metode alami. 
  • Kualitas kayu lebih stabil, tidak mudah berubah bentuk, kuat, dan lebih awet. 
  • Membunuh jamur dan serangga dengan efisien, karena suhu tinggi dalam kiln membantu meminimalkan risiko hama. 
  • Konsistensi yang tinggi, setiap batch kayu memiliki kualitas yang relatif seragam.

Kekurangan

Meskipun banyak keunggulan, metode kiln dry juga menyimpan beberapa kelemahan yang harus jadi perhatian Anda: 

  • Biaya investasi yang tinggi, karena memerlukan mesin kiln, energi, serta biaya perawatan yang besar. 
  • Membutuhkan tenaga terampil, operator kiln harus paham cara mengatur suhu dan kelembapan agar kayu tidak rusak. 
  • Risiko kerusakan ketika salah pengaturannya, baik itu terlalu panas atau cepat, sehingga kayu bisa retak atau melengkung. 
  • Ketergantungan pada energi, di mana konsumsi energi cukup besar, sehingga biaya operasional pun meningkat. 

Baca Juga: Panduan Lengkap Ekspor Kerajinan Kayu Indonesia ke Pasar Internasional

Metode pengeringan kayu alami

Berbanding terbalik dengan kiln dry, metode alami tidak menggunakan alat sama sekali. Berikut ini penjelasan lengkap hingga kekurangan dan kelebihannya:

Definisi dan cara kerja 

Pengeringan kayu alami atau air drying adalah metode yang dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari dan sirkulasi udara tanpa bantuan mesin. 

Beberapa proses kerjanya adalah:

  • Kayu disusun rapi di tempat terbuka atau gudang dengan ventilasi baik. 
  • Biasanya digunakan alas dan ganjal di antara tumpukan kayu agar udara bisa mengalir. 
  • Proses berjalan secara perlahan, tergantung cuaca, kelembapan, dan ketebalan kayu. 
  • Waktu yang dibutuhkan bisa berminggu-minggu hingga berbulan-bulan sebelum kadar air mencapai tingkat yang diinginkan.  

Kelebihan

Sekilas, Anda mungkin akan membandingkan kecepatan kering metode alami terlalu lama dibandingkan kiln dry. Namun, metode ini memiliki kelebihan lain yang menarik:

  • Biaya murah, tidak memerlukan mesin atau energi tambahan menandakan Anda tidak harus mengeluarkan banyak biaya dan lahan. 
  • Ramah lingkungan, dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai energi pengering alami maka tidak ada polusi yang dikeluarkan. 
  • Mudah dilakukan, Anda bisa menerapkan pengeringan di mana saja selama berupa lahan terbuka. 
  • Sangat cocok untuk volume pengeringan yang cukup besar, karena dapat mengeringkan kayu dalam jumlah banyak sekaligus. 

Kekurangan

  • Biaya pengeringan alami memang murah, tapi ada beberapa kekurangan yang harus jadi perhatian: 
  • Waktu pengeringan lama, bisa sampai berbulan-bulan, terutama di musim hujan untuk kayu yang tebal.
  • Kadar air tidak konsisten, hasilnya sangat bergantung pada cuaca, sehingga sulit mencapat standar ekspor 8-12%. 
  • Risiko tinggi, kayu rentan terserang jamur, serangga, atau mengalami retak dan melengkung. 
  • Keterbatasan kualitas, sulit memenuhi standar internasional yang membutuhkan hasil seragam dan presisi. 

Tabel Perbandingan pengeringan kayu oven vs alami

 

Aspek Pengeringan Kayu Alami Pengeringan Kayu Oven 
Waktu Lama (minggu-bulan)Cepat (hari-minggu)
BiayaRendah (hanya lahan dan waktu)Tinggi (investasi mesin dan energi)
Kontrol Kadar Air Sulit dikontrol, tergantung cuacaPresisi, sesuai standar 8-12%
Kualitas KayuTidak seragam, mudah retak, dan melengkungStabil, seragam, tahan lama
Risiko Hama dan JamurTinggi Rendah (suhu tinggi membunuh hama dan jamur)
Skala Produksi Cocok untuk volume besar dengan waktu fleksibel Cocok untuk produksi menengah besar dengan standar ekspor tinggi 

Mana metode pengawetan yang tepat untuk pasar ekspor? 

Pemilihan metode pengawetan kayu yang tepat sangat tergantung dengan target pasar dan kebutuhan kualitas produk. Untuk bisa menentukannya, Anda bisa memperhatikan beberapa hal berikut: 

1. Skala produksi

Produksi besar dengan kebutuhan standar ekspor tinggi biasanya lebih cocok menggunakan oven. Untuk produksi skala kecil atau menengah, metode alami bisa lebih ekonomis. 

2. Budget investasi

Kiln drying membutuhkan investasi mesin dan biaya energi yang tinggi. Jika model terbatas, pengeringan alami atau kombinasi metode bisa menjadi solusi sementara.  

3. Standar negara tujuan ekspor 

Pastikan Anda memahami standar teknis negara tujuan, terutama kadar air, kualitas kayu, dan persyaratan keberlanjutan. Hal ini menjadi faktor utama dalam menentukan metode pengeringan yang dipilih. 

Tips pengawetan kayu yang sesuai standar ekspor 

Metode pengeringan saja tidak cukup untuk menyesuaikan kebutuhan pengawetan untuk standar ekspor. Selama pengeringan berlangsung, Anda perlu menggunakan tambahan bahan pengawet yang tepat. 

Karena akan digunakan skala ekspor, maka bahan pengawet yang digunakan harus aman dan ramah lingkungan. Seperti Biocide Insecticide dan Biocide Wood Fungicide yang bertujuan mengawetkan kayu agar tahan jamur dan rayap. 

Selama pengeringan, Anda hanya perlu menambahkan kedua bahan ini supaya meresap ke dalam kayu. Tingkat kelembapan kayu pun sesuai standar dan ketahanannya dari jamur dan rayap pun meningkat. 

Biocide Insecticide dan Biocide Wood Fungicide adalah bahan pengawet kayu yang ramah lingkungan, karena hanya membutuhkan air sebagai pelarutnya. Cara pakainya pun mudah, hanya tinggal merendam kayu dengan kedua bahan sebelum mulai pengeringan. 

Setelah menentukan pengeringan kayu oven vs alami yang cocok untuk bisnis Anda, pastikan Anda menggunakan Biocide Insecticide dan Biocide Wood Fungicide. Produknya aman dan membuat kayu mengikuti standar ekspor yang kuat, kokoh, dan ramah lingkungan. 

Dapatkan segera produk Biocide Insecticide dan Biocide Wood Fungicide di Bioindustries dengan klik banner di bawah ini sekarang!

tanya cs bio
Hotline dan Konsultasi