Bioindustri Omnipresen

Blog

Standar Industri dalam Pengendalian Jamur pada Kayu di Gudang Penyimpanan, Apa Saja?

Jamur yang tumbuh pada permukaan atau struktur kayu dapat menurunkan kekuatan mekanis, mengubah tampilan, hingga memengaruhi keamanan sebagai bahan konstruksi atau furniture. Itu sebabnya pengendalian jamur pada kayu di gudang penyimpanan harus mengikuti standar. 

Masalah jamur juga memicu kerugian ekonomi yang cukup besar, karena nilai jual kayu yang terinfeksi dapat menurun drastis. Bahkan dalam beberapa kasus, kayu yang sudah terpapar jamur tidak bisa digunakan kembali, apalagi untuk keperluan ekspor dengan standar tinggi. 

Di sisi lain, jamur juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama jika jenis jamurnya menghasilkan spora yang mudah terhirup manusia. Karena itu, penting bagi Anda untuk mengetahui bagaimana mengendalikan jamur pada kayu untuk meminimalisir dampak buruknya. 

Dengan mengikuti standar industri, artinya bisnis Anda sudah mematuhi regulasi global dan nasional terkait kualitas produk dan keamanannya. Apa saja yang termasuk dalam standar ini? Mari simak bersama-sama. 

Penyebab pertumbuhan jamur pada kayu di gudang 

Jamur pada kayu tidak muncul secara tiba-tiba. Ia tumbuh karena kondisi lingkungan di gudang yang mendukung perkembangan mikroorganisme tersebut. Berikut beberapa penyebab utamanya:

1. Kelembaban udara yang tinggi 

Kelembaban adalah faktor utama tumbuhnya jamur. Jamur sangat menyukai lingkungan yang lembab, terutama dengan kelembaban relatif (RH) di atas 60%. Saat kayu disimpan di ruangan yang terlalu lembab, porinya menyerap kelembaban dari udara sehingga jadi media hidup bagi spora jamur. 

Gudang yang tidak dilengkapi dengan sistem pengendalian kelembaban, biasanya menjadi tempat berkembang biaknya berbagai jenis jamur ,seperti Aspergillus atau Penicillium. 

2. Sirkulasi udara yang buruk 

Selain kelembaban, sirkulasi udara yang minim juga menjadi penyebab utama. Ketika udara tidak mengalir dengan baik, uap air akan terjebak di sekitar tumpukan kayu dan meningkatkan kadar air permukaan kayu. Inilah yang menciptakan titik kondensasi tempat jamur berkembang. 

Gudang yang tertutup rapat tanpa ventilasi alami atau mekanis cenderung memiliki mikroklimat internal yang tidak sehat untuk kayu. Maka dari itu, sistem ventilasi adalah salah satu pilar penting dalam standar penyimpanan kayu.

3. Suhu dan pencahayaan lingkungan penyimpanan

Jamur juga sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimal untuk pertumbuhan jamur biasanya berkisar antara 25-30 derajat Celcius. Apabila suhu dalam gudang berbeda dalam rentang ini dan tidak dikombinasikan dengan pencahayaan yang memadai, potensi tumbuhnya jamur akan semakin besar. 

Pencahayaan alami yang cukup dapat menurunkan kelembaban dan suhu mikro di area penyimpanan. Namun, gudang yang gelap dan lembab menjadi ekosistem sempurna untuk pertumbuhan mikroorganisme. 

4. Kontaminasi dari kayu lain atau lingkungan

Kontaminasi silang dari kayu lain yang sudah berjamur juga berbahaya. Jamur menghasilkan spora yang sangat ringan dan mudah menyebar melalui udara. Jika satu tumpukan kayu terinfeksi, besar kemungkinan spora akan menyebar ke seluruh bagian gudang. 

Selain itu, debu, tanah, atau alat angkut yang kotor juga bisa menjadi media pembawa spora jamur. Maka kebersihan dan sanitasi gudang menjadi faktor krusial dalam manajemen penyimpanan kayu. 

Standar industri pengendalian jamur pada kayu di gudang penyimpanan

Untuk mencegah kerugian akibat jamur, industri perkayuan telah mengembangkan berbagai standar pengendalian yang terbukti efektif. Berikut beberapa standar utama yang harus diperhatikan:

1. Standar kelembaban dan ventilasi

Kelembaban relatif ideal untuk penyimpanan kayu adalah di bawah 60%. Hal ini merujuk pada rekomendasi berbagai sumber seperti FAO dan IPPC seperti yang tercantum dalam ISPM 15. Untuk mencapainya, gudang harus dilengkapi dengan alat ukur RH dan sistem pengering udara seperti dehumidifier. 

Ventilasi gudang juga harus diperhatikan. Sistem ventilasi alami bisa berupa bukaan di atas dan bawah dinding gudang untuk menciptakan aliran silang. Sementara ventilasi mekanik bisa dilakukan dengan exhaust fan, blower, atau sistem HVAC yang sudah dikalibrasi. 

2. Prosedur pengeringan kayu

Pengeringan merupakan tahap vital dalam standar pengeringan kayu. Metode kiln drying dilakukan dengan oven bersuhu tinggi dan terkontrol untuk menurunkan kadar air kayu hingga < 20%. Pengeringan ini lebih cepat dan seragam, sangat cocok untuk kayu ekspor. 

Sementara itu, air drying atau pengeringan alami dilakukan dengan menyusun kayu di ruangan terbuka dengan sirkulasi angin yang baik. Waktu pengeringannya tergantung jenis dan ketebalan kayu, bisa mencapai beberapa bulan. 

3. Penggunaan bahan kimia 

Untuk mencegah pertumbuhan jamur, penggunaan fungisida atau bahan antijamur selalu menjadi solusi. Bahan kimia ini dapat disemprotkan, direndam, atau dicelupkan pada kayu sebelum disimpan. Namun, pastikan bahwa produk yang digunakan aman dan ramah lingkungan. 

Mengapa aman? Karena bahan kimia tersebut juga harus memenuhi standar global untuk penggunaan kayu ekspor. Apalagi mengingat beberapa negara yang menekankan sarat khusus dan ketat dalam pemakaian bahan kimia baik pengawet atau cat. 

4. Standar penyimpanan 

Penyimpanan kayu yang benar dimulai dari cara menata tumpukan. Idealnya, setiap tumpukan diberi jarak kurang lebih 5 cm antar lapisan dengan penyangga yang sama tinggi dan lurus. Ini memastikan sirkulasi udara merata.

Selain itu, gunakan alas kayu atau palet untuk menghindari kontak langsung dengan lantai gudang yang lembab. Tumpukan juga sebaiknya ditutup dengan bahan penahan hujan tapi tetap memungkinkan sirkulasi udara berjalan baik. Jangan lupa dilakukan inspeksi rutin minimal seminggu sekali untuk memantau tanda jamur. 

Baca Juga: 6 Teknik Pengawetan Kayu agar Tahan Rayap dan Jamur, Wajib Tahu!

Sertifikasi dan regulasi dalam industri perkayuan 

Selain menerapkan praktik terbaik di gudang, pelaku industri juga wajib memahami berbagai regulasi dan standar resmi yang berlaku, terutama jika ingin menyasar pasar ekspor. Berikut beberapa sertifikasi serta regulasi pentingnya. 

1. ISPM 15 untuk kayu ekspor 

Merupakan International Standards for Phytosanitary Measures No. 15, yaitu standar internasional yang mengatur perlakuan terhadap bahan kemasan kayu untuk ekspor. Termasuk heat treatment atau fumigasi, serta pelabelan khusus. 

Standar ini ditetapkan oleh IPPC dan diterapkan pada lebih dari 180 negara, termasuk di Indonesia dan negara tujuan ekspor. 

2. Standar nasional dalam perkayuan

Di Indonesia, standar pengolahan dan penyimpanan kayu diatur dalam beberapa regulasi nasional, seperti SNI (Standar Nasional Indonesia) dan kebijakan Kementerian LHJ. Standar ini mencakup ketentuan teknis penyimpanan, pengeringan, serta penggunaan bahan pengawet. 

3. Sertifikasi bahan pengawet ramah lingkungan 

Penggunaan bahan kimia pada kayu harus disesuaikan pula dengan standar lingkungan hidup. Meskipun ketersediaan sertifikasi ini masih jarang, salah satu tips untuk memastikan bahan pengawet kayu aman adalah jenis bahan pelarut dan kandungannya. 

Misalnya, untuk bahan pengawet kayu yang aman biasanya mengandung permethrin. Sedangkan bahan pelarut yang biasanya aman adalah air. Jika teliti dalam memilih, Anda akan mendapatkan produk terbaiknya. 

Seperti Biocide Wood Fungicide dari Bioindustries  yang mengandung berbahan aktif 2-(thiocyanomethylthio) benzothiazole dan methylene-bis-thiocyanate (TCMBT/MBT). Gabungan kedua bahan ini tidak hanya efektif mencegah jamur blue stain tapi juga bakteri perusak kayu lainnya. 

Dengan tambahan bahan pelarut air, menjadikan Biocide Wood Fungicide pengawet kayu yang aman dan ramah lingkungan. Anda pun bisa melakukan pengendalian jamur pada kayu di gudang penyimpanan sesuai standar yang aman. 

Jika ingin mulai mengawetkan kayu, Anda bisa berkonsultasi dulu dengan tim Bio yang akan memberikan saran terbaik dan produk pengawet tepat untuk Anda! Klik banner di bawah ini untuk mulai konsultasinya. 

tanya cs bio
Hotline dan Konsultasi