Apa saja masalah umum yang sering dijumpai saat proses finishing?
Proses finishing kayu sering menjadi tantangan besar. Tidak hanya membutuhkan keahlian teknis, faktor seperti iklim tropis, kualitas bahan, hingga ketersediaan alat turut memengaruhi hasil akhir. Dalam artikel ini, kita akan bahas masalah paling umum dalam finishing kayu di Indonesia, lengkap dengan solusi yang bisa digunakan untuk tukang kayu maupun Sobat Bio yang mencoba finishing untuk pertama kali. Simak sampai tuntas, ya!
Masalah umum pada finishing kayu
Finishing kayu adalah proses penting dalam industri perkayuan dengan cara melapisi permukaan atau substrat kayu yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan dan keindahan permukaan kayu. Di Indonesia, tukang kayu sering menghadapi berbagai masalah saat melakukan finishing, yang dapat mempengaruhi hasil akhir produk. Berikut adalah beberapa masalah umum yang sering terjadi:
Permasalahan teknis
1. Blistering/Bubbling
Gelembung pada permukaan kayu (blistering atau bubbling) menjadi salah satu masalah paling sering dikeluhkan. Hal ini terjadi ketika lapisan finishing tidak menempel dengan sempurna karena kelembapan kayu atau aplikasi yang tidak sesuai.
Penyebab Utama:
- Kadar air kayu terlalu tinggi (di atas 12%), sering terjadi pada kayu yang tidak melalui proses pengeringan optimal.
- Penggunaan bahan finishing berbasis pelarut (solvent-based) di daerah dengan kelembapan tinggi.
- Ketidaksesuaian metode aplikasi, seperti penyemprotan terlalu tebal atau penggunaan alat yang tidak tepat.
Solusi yang bisa diterapkan:
- Persiapan kayu yang tepat: Pastikan kayu telah melalui proses pengeringan menggunakan kiln atau metode tradisional yang memadai.
- Aplikasi bertahap: Terapkan lapisan tipis dengan interval pengeringan, dan lakukan pengamplasan antar lapisan untuk hasil yang halus.
- Pemilihan produk yang sesuai: Gunakan bahan berbasis air (water-based coating) yang lebih tahan terhadap kelembapan.
2. Chalking dan warna pudar
Di bawah paparan sinar matahari yang kuat, terutama di iklim tropis, kayu sering mengalami chalking (permukaan memutih) atau warna finish yang cepat memudar.
Kenapa chalking dan warna pudar bisa terjadi?
Penyebab utamanya adalah bahan finishing yang tidak memiliki perlindungan ekstra sinar matahari. Di Indonesia, banyak produk murah yang tidak dirancang untuk kondisi cuaca ekstrem, sehingga rentan mengalami perubahan kualitas hasil finishing ketika terkena sinar matahari.
Jika mengalami hal tersebut, Anda bisa memilih produk top coat sebagai lapisan mantel yang mengunci warna. Selain itu, untuk menambah kekuatan pada finishing furniture outdoor Anda bisa menambahkan top coat polyurethane.
3. Peeling dan cracking
Masalah mengelupas (peeling) dan retak (cracking) sering muncul akibat perubahan dimensi kayu yang terpengaruh oleh kelembapan atau suhu. Fenomena ini menjadi tantangan besar, terutama untuk furnitur ekspor yang harus tahan terhadap berbagai kondisi cuaca.
Langkah Pencegahan:
- Gunakan sanding sealer untuk menutup pori kayu sebelum lapisan utama.
- Pastikan bahan finishing fleksibel agar dapat mengikuti pergerakan alami kayu.
4. Brush Mark

Brush mark adalah garis-garis atau bekas sapuan kuas yang terlihat jelas pada lapisan finishing. Masalah ini sering terjadi pada pengerjaan manual, terutama saat menggunakan bahan berbasis minyak atau cat yang terlalu kental.
Kenapa Brush Mark Terjadi?
- Cat yang terlalu kental: Viskositas bahan finishing yang tinggi membuatnya sulit menyebar merata.
- Pemilihan kuas yang salah: Kuas berkualitas rendah dengan bulu yang terlalu kaku atau terlalu longgar cenderung meninggalkan bekas.
- Teknik aplikasi kurang tepat: Sapuan kuas yang tidak konsisten, seperti tekanan berlebih atau sudut yang salah.
Solusi untuk Brush Mark:
- Encerkan bahan finishing: Tambahkan pelarut atau pengencer sesuai rekomendasi produsen untuk mencapai viskositas ideal.
- Gunakan kuas busa/berkualitas: Pilih kuas dengan bulu sintetis halus yang cocok untuk bahan berbasis air atau kuas alami untuk bahan berbasis minyak.
- Gunakan teknik finishing yang benar: Terapkan sapuan panjang dan konsisten, hindari tekanan berlebih, dan ulangi lapisan hanya setelah yang sebelumnya benar-benar kering.
- Pertimbangkan alternatif aplikasi finishing: Jika memungkinkan, gunakan alat penyemprot (sprayer) untuk hasil yang lebih halus dan bebas bekas.
5. Orange peel, tekstur kulit jeruk pada permukaan kayu
Orange peel adalah kondisi di mana permukaan finishing terlihat bergelombang dan bertekstur seperti kulit jeruk. Masalah ini biasanya terjadi saat aplikasi finishing dengan alat penyemprot, tetapi juga bisa muncul pada metode kuas atau roller.
Mengapa orange peel bisa terjadi?
- Tekanan alat penyemprotan tidak sesuai: Tekanan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi pada sprayer menyebabkan bahan tidak menyebar merata.
- Viskositas bahan tidak ideal: Bahan finishing yang terlalu kental atau terlalu encer memengaruhi pola semprotan.
- Pengaturan jarak dan sudut yang salah: Aplikasi terlalu dekat atau terlalu jauh dari permukaan kayu.
- Pengeringan yang terlalu cepat: Di iklim tropis seperti Indonesia, suhu tinggi dapat mempercepat penguapan bahan, membuatnya sulit menyatu dengan baik.
Solusi untuk Orange Peel:
- Atur tekanan sprayer dengan benar: Gunakan alat penyemprot yang memiliki kontrol tekanan, seperti HVLP (high volume low pressure), dan sesuaikan tekanan dengan bahan yang digunakan.
- Pastikan viskositas tepat: Gunakan viskometer untuk memastikan bahan memiliki kekentalan ideal. Biasanya, bahan dengan kekentalan yang direkomendasikan produsen menghasilkan semprotan yang lebih rata.
- Jaga jarak dan sudut aplikasi: Pertahankan jarak antara sprayer dan permukaan sekitar 15–20 cm dengan sudut tegak lurus.
- Gunakan retarder: Tambahkan retarder untuk memperlambat penguapan, terutama di daerah dengan suhu tinggi.
Lihat juga: Masalah yang sering terjadi saat finishing lainnya
Alat dan bahan finishing yang tidak sesuai
Banyak tukang kayu di Indonesia mengandalkan alat dan bahan yang seadanya. Penggunaan alat penyemprot (sprayer) berkualitas rendah atau bahan murah sering kali menghasilkan lapisan yang tidak rata.
Solusinya, Sobat Bio bisa melakukan hal ini;
- Investasi pada alat-alat seperti spray gun HVLP (High Volume Low Pressure), yang lebih efisien untuk aplikasi finishing.
- Untuk finishing manual yang lebih sederhana dan ekonomis, Sobat Bio bisa menggunakan kuas busa.
- Pemahaman tentang karakteristik kayu dan pentingnya memilih bahan berkualitas tinggi yang mendukung hasil akhir finishing yang awet dan berkualitas
Dampak lingkungan dan regulasi ramah lingkungan
Selain tantangan teknis, isu lingkungan menjadi perhatian dalam industri finishing. Limbah kimia dari solvent-based coating dapat mencemari air dan tanah, sementara regulasi penggunaan bahan berbahaya sering diabaikan.
- Ganti ke coating water based: Produk ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga lebih aman digunakan tanpa alat pelindung diri yang kompleks.
- Pengelolaan limbah: Sediakan tempat khusus untuk menampung sisa bahan finishing.
Meningkatkan Kualitas Finishing Kayu di Indonesia
Mengatasi tantangan finishing kayu di Indonesia membutuhkan pendekatan holistik. Mulai dari memilih bahan dan alat yang tepat, memahami kondisi iklim lokal, hingga mengikuti regulasi dan praktik ramah lingkungan. Dengan langkah ini, Sobat Bio dapat menghasilkan karya berkualitas tinggi yang mampu bersaing di pasar domestik maupun internasional.
Ingin mendapatkan solusi khusus untuk masalah finishing kayu?
Apapun masalah finishingnya, konsultasikan dengan customer service dan teknisi kami.