Bioindustri Omnipresen

Blog

Panduan Praktis Pengawetan Kayu sebelum Finishing untuk Industri Furniture Ekspor

Pengawetan kayu sebelum proses finishing untuk furniture ekspor adalah langkah penting yang sering jadi penentu kualitas akhir produk. Proses ini membantu kayu tetap kuat dan tahan terhadap gangguan seperti hama, jamur, atau perubahan cuaca selama pengiriman ke luar negeri.

Jika kayu tidak diawetkan dengan baik, biasanya akan muncul berbagai masalah seperti rayap, jamur, atau retak karena perubahan kelembaban. Hal ini terjadi karena furniture dikirim ke negara dengan iklim berbeda atau terpapar kelembaban tinggi selama perjalanan. 

Akibatnya, kualitas produk bisa menurun drastis dan berisiko ditolak oleh klien. Coating bisa melindungi permukaan kayu dari kerusakan luar. Namun, ketika kayu belum diawetkan sejak awal, perlindungan coating hanya di bagian permukaan saja. 

Dengan pengawetan kayu sebelum finishing, struktur kayu akan lebih kuat dari dalam, sehingga hasil coating pun lebih maksimal lagi. Nah, bagi Anda yang ingin tahu seperti apa prosesnya, bisa simak dulu artikel ini hingga akhir!

Mengapa pengawetan kayu sebelum proses finishing untuk furniture ekspor itu penting?

Setiap negara tujuan ekspor, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, atau Jepang memiliki standar ekspor furniture yang ketat. Salah satu regulasi global yang penting adalah ISPM 15, yang mewajibkan kayu kemasan harus diawetkan secara khusus sebelum pengiriman. 

Pengawetan kayu juga secara signifikan meningkatkan daya tahan kayu. Struktur dalam kayu menjadi lebih stabil terhadap perubahan kelembaban dan tekanan mekanis, menjadikannya cocok untuk finishing dengan lapisan cat. 

Alasan utama mengapa negara tujuan ekspor menetapkan standar ketat adalah demi mencegah hama kayu atau jamur asing yang berbahaya masuk ke lingkungan. Nah, dengan pengawetan, furniture kayu yang masuk ke negara tersebut terjamin bebas dari organisme berbahaya. 

Tahapan pengawetan kayu sebelum finishing 

Mengingat pentingnya pengawetan kayu pada furniture ekspor, Anda tentunya harus mengikuti tahapan yang tepat. Pasalnya, jika salah bisa membuat coating tidak menempel dan kayu masih mudah rusak karena jamur atau rayap. 

Berikut ini beberapa tahapan yang biasanya harus diterapkan untuk skala pabrik furniture:

1. Seleksi kualitas kayu 

Pemilihan kayu adalah fondasi keberhasilan pengawetan. Pastikan kayu bebas dari retakan besar, jamur, atau serangan serangga sebelum diolah jadi furniture atau pengawetan. 

Kayu sebaiknya memiliki karakteristik yang sesuai kebutuhan desain, seperti memiliki pola serat halus untuk desain mewah. Anda bisa mengklasifikasikan kayu berdasarkan grade. 

Contoh, untuk furniture ekspor maka haruslah kayu dengan grade A yaitu memiliki ukuran tebal, bebas cacat, dengan kadar air awal adalah kurang lebih 25%. Dengan begitu, kayu yang digunakan berkualitas tinggi dan mudah diawetkan. 

2. Pengeringan dan pengukuran kadar air 

Sebelum mulai mengawetkan kayu, Anda harus melakukan pengeringan melalui beberapa pilihan metode pengeringan. Sejauh ini, ada dua metode yaitu oven kiln drying dan pengeringan udara secara manual. 

Pengeringan oven jauh lebih cepat dengan kontrol kelembaban bisa lebih presisi, yaitu idealnya 18-12%, yang merupakan standar internasional untuk kayu keras. Sedangkan pengeringan manual membutuhkan waktu lama dengan kadar air yang kurang terukur. 

Untuk mengetahui kadar air secara pasti, Anda bisa menggunakan moisture meter pada beberapa bagian kayu untuk memastikan konsistensi kelembabannya. Kelembaban yang terlalu tinggi atau rendah, nantinya bisa menyebabkan retakan atau lengkungan setelah finishing. 

3. Aplikasi bahan pengawet kayu

Setelah mendapatkan kayu berkualitas dan kadar air yang stabil, Anda bisa mulai melakukan pengawetan kayu. Bahan umum yang bisa Anda gunakan seperti Biocide Insecticide yang mengandung Cypermethrine efektif mengusir rayap dan serangga lainnya. 

Metode aplikasi yang bisa Anda terapkan adalah dengan sistem rendam, semprotan, hingga vakum tekan. Jika ingin memastikan obat melindungi kayu, sistem vakum tekan akan lebih efektif. 

Baca Juga: 7 Metode Pengawetan Kayu Anti Rayap untuk Furniture Ekspor Tahan Lama

4. Penyimpanan sebelum proses finishing

Pasca aplikasi bahan pengawet, kayu harus disimpan di tempat yang bersih dan berventilasi baik. Penyimpanan yang lembab bisa menyebabkan obat tidak meresap sempurna dan memicu pertumbuhan jamur. 

Idealnya, masa tunggu antara pengawetan dan finishing sekitar 72 jam, tergantung jenis bahan dan teknik aplikasi, untuk memastikan pengawet mengendap secara sempurna. 

Kesalahan umum dalam pengawetan kayu yang harus dihindari

Anda mungkin menganggap selama ini proses pengawetan yang dilakukan telah sempurna. Namun, mengapa jamur dan rayap masih sering menyerang bahkan setelah finishing? 

Bisa jadi, ada beberapa kesalahan umum yang masih sering terjadi, seperti:

1. Waktu pengeringan tidak cukup 

Kayu yang terlalu cepat dikeluarkan dari oven atau hanya dikeringkan sebentar, berisiko retak saat finishing atau setelah penggunaan. Selain itu finishing tidak akan menempel dengan baik pada kayu yang terlalu lembab, sehingga mudah mengelupas dan tidak tahan cuaca. 

Sebaiknya, ciptakan quality control dengan catatan kadar air dan hasil pengukuran moisture meter sebelum moving on ke tahap selanjutnya. 

2. Penyimpanan pasca pengawetan kurang sesuai 

Beberapa pengusaha cenderung menumpuk kayu di gudang tertutup tanpa ventilasi cukup. Akibatnya pengawet menguap dan kelembaban kayu kembali naik, mendorong timbulnya jamur serta serangga. 

Solusinya, ruang penyimpanan harus memiliki sirkulasi udara minimal 12 kali airflow per hari, serta bebas dari sinar matahari langsung apalagi hujan. 

3. Kesalahan dalam penggunaan bahan kimia

Penggunaan bahan kimia pengawetan yang salah atau dosis tidak sesuai standar bisa membuat kayu menjadi rapuh bahkan berbau. Beberapa bahan keras seperti CCA (Chromated Copper Arsenate) dibatasi penggunaannya di furniture interior karena residunya berbahaya. 

Lindungi Kayu secara Aman dengan Bahan Pengawet Kayu Biocide 

Jangan biarkan investasi kayu Anda rusak karena serangan rayap, jamur, atau cuaca ekstrem! Lindungi sejak awal dengan Biocide, rangkaian bahan pengawet kayu yang aman, efektif, dan dirancang khusus untuk kebutuhan industri furniture ekspor.

Anda bisa menggunakan tiga produk Biocide: 

1. Biocide Insecticide 

Inilah solusi utama untuk mencegah dan membasmi serangan hama seperti rayap, teter (kumbang bubuk), dan serangga perusak lainnya.

Biocide Insecticide mengandung bahan aktif Cypermethrin atau Permethrin, yang bekerja dengan cara menyerang sistem saraf serangga namun tetap aman bagi kayu dan pengguna.

Cocok digunakan setelah proses pengeringan dan sebelum finishing. Bisa diaplikasikan dengan cara semprot, kuas, atau rendam.

2. Biocide Wood Fungicide

Jamur permukaaan dan pelapukan bisa merusak tampilan furniture serta mengganggu kualitas finishing. Biocide Wood Fungicide adalah fungisida berbahan aktif Propiconazole yang ampuh menghambat pertumbuhan jamur seperti blue stain, white mold, hingga black mold.

Formulanya tidak merusak warna asli kayu dan ideal untuk kayu yang akan difinishing dengan cat transparan atau natural look.

 3. Biocide SFP (Surface Film Preservative)

Biocide SFP adalah pelindung lapisan akhir yang diformulasikan untuk mencegah jamur tumbuh pada permukaan film coating seperti cat, pernis, atau pelapis lainnya. Produk ini sangat penting jika furniture Anda akan dikirim ke daerah tropis dengan kelembaban tinggi.

Cukup ditambahkan ke dalam cat finishing, Anda tidak perlu takut muncul perubahan warna atau sifat cat. Karena Biocide SFP tidak berwarna tapi efektif melindungi. 

Lindungi nilai produk kayu Anda sejak awal, dengan pengawetan kayu sebelum proses finishing untuk furniture ekspor menggunakan Biocide sekarang! Klik banner di bawah ini untuk konsultasi gratis dengan tim Bio. 

tanya cs bio
Hotline dan Konsultasi