Bioindustries

Blog

5 Penyebab Utama Lapisan Finishing Kayu Retak dan Solusi Efektifnya

Lapisan finishing kayu retak menandakan film pelindung gagal menyesuaikan diri dengan pergerakan alami kayu. Memahami hubungan antara struktur kayu, elastisitas lapisan, dan faktor lingkungan adalah kunci mencegah kerusakan ini. 

Kegagalan lapisan finishing kayu dalam bentuk retakan merupakan salah satu masalah paling sering ditemui oleh pengrajin. Meskipun tampak sederhana, masalah ini melibatkan interaksi kompleks dari substrat kayu, komposisi coating, kondisi aplikasi hingga faktor lingkungan. 

Untuk membantu pengrajin memahami retakan setelah finishing kayu, artikel kali ini akan membahas penyebab hingga cara mengatasinya. Simak sampai akhir agar Anda menemukan solusi tepat agar finishing kembali sempurna bebas retak. 

Jenis lapisan finishing kayu retak

Ada banyak jenis retakan dari hasil finishing kayu yang dapat muncul. Retakan ini memiliki pola visual dan tingkat kerusakan berbeda. Mengenali jenis retakan berikut akan membantu Anda menemukan metode perbaikan yang tepat. 

1. Retakan sejajar serat

Merupakan retakan yang muncul sejajar arah serat dan biasanya cukup dalam dapat menembus hingga lapisan dasar coating. Bahkan, terkadang mengikuti retakan alami pada substrat kayu. 

Cirinya adalah garis retak panjang dan sering muncul pada permukaan kayu datar dan solid seperti meja, pintu, atau panel besar. 

2. Retak rambut

Disebut juga dengan crazing adalah jaringan retakan mikro halus dan dangkal. Umumnya hanya terjadi pada lapisan permukaan pernis atau clear coat, sehingga tidak sampai menembus lapisan bawah. 

Pola retakan terlihat seperti jaring laba-laba yang sangat halus, biasanya hanya akan terlihat jelas saat permukaan terkena cahaya miring. Untuk mengatasi retak rambut, perlu coating akhir yang tepat. 

3. Alligatoring 

Termasuk jenis retak berat yang menampilkan pola blok blok besar menyerupai kulit buaya atau retakan peta kasar. Umumnya terjadi ketika lapisan finishing lama kehilangan fleksibilitas, mengeras, dan mulai mengelupas dalam bentuk pecahan besar. 

Permukaan coating yang retak terasa keras, kaki, dan sebagian lapisan film terangkat dari substrat. 

4. Cross grain cracking 

Retakan menyilang yang memotong arah serat kayu secara tegak lurus atau diagonal. Munculnya retakan ini menunjukkan adanya kegagalan adhesi atau tegangan internal yang besar antara film finishing dan substrat kayu. 

Bentuk retakannya pendek, acak, dan memotong arah serat. Sering muncul pada bagian sambungan kayu atau ujung papan kayu. 

Baca Juga: Cara Melindungi Ukiran Kayu dari Retak Saat Finishing untuk Hasil Tahan Lama

Penyebab utama retaknya finishing kayu 

Lapisan finishing kayu yang retak bukan hanya disebabkan oleh bahan coating yang buruk, tetapi oleh kombinasi faktor teknis yang memengaruhi stabilitas film pelindung. 

Berikut ini lima penyebab utama yang paling sering ditemui dalam proses produksi dan aplikasinya: 

1. Pergerakan kayu 

Kayu adalah bahan higroskopis yang selalu berinteraksi dengan kelembapan udara. Ketika kadar air kayu berubah, kayu akan mengembang saat menyerap uap air dan menyusut saat mengering. 

Gerakan tersebut terjadi secara tangensial dan radial terhadap arah serat. Ketika lapisan finishing sudah mengeras, film tersebut tidak bisa meregang atau menyusut dimensi kayu, sehingga muncul tegangan internal pada permukaan dan menimbulkan retakan. 

2. Lapisan finishing yang tidak kompatibel 

Ketidaksesuaian antar lapisan finishing, misalnya sanding sealer, dan clear coat yang berbeda jenis dapat menyebabkan reaksi kimia atau fisik yang mengganggu adhesi dan fleksibilitas film. 

Misalnya, ketika Anda menggunakan nitrocellulose lacquer di atas lapisan oil based varnish yang belum kering. Lapisan bawah yang masih lunak, sementara lapisan atas mengeras, sehingga menimbulkan crazing atau retak rambut. 

Begitu juga ketika campuran pelarut tidak sesuai rekomendasi pabrikan. Atau ketika Anda tidak menggunakan lapisan coating lengkap, seperti hanya mengaplikasikan wood stain tanpa clear coat. 

3. Coating yang terlalu tebal 

Lapisan finishing yang terlalu tebal tidak hanya memperpanjang waktu kering, tetapi juga mengurangi fleksibilitas film. Saat pelarut bagian dalam belum sepenuhnya menutup, bagian permukaan telah mengeras. 

Kondisi kering yang tidak sempurna ini akan menciptakan tegangan antar lapisan yang akhirnya menimbulkan mud cracking atau alligatoring. Kesalahan ini bisa terjadi ketika menyemprot lapisan terlalu basah dan tebal dalam satu aplikasi. 

Bisa juga karena tidak memberikan waktu cukup antar coat untuk mengering. Termasuk ketika menggunakan mesin uv curing tetapi tidak sesuai dengan rekomendasi pabrikan. 

4. Kondisi suhu yang terlalu ekstrem 

Proses curing dan pengeringan finishing sangat sensitif terhadap suhu dan kelembapan. Jika suhu terlalu tinggi, pelarut menguap terlalu cepat sebelum film mengering dan merata di permukaan. 

Apabila suhu terlalu rendah, film tidak kering sempurna dan kehilangan ikatan antar molekul resin. Perubahan suhu dan kelembapan yang drastis juga menyebabkan perbedaan ekspansi termal antara kayu dan lapisan finishing. 

5. Kontaminasi permukaan kayu 

Sebelum finishing, kayu sering mengandung minyak alami, resin, debu, silikon, atau wax dari proses pengamplasan dan pembersihan. Zat inilah yang akan menjadi penghalang adhesi coating, sehingga lapisan cat tidak menempel sempurna. 

Ketika lapisan film tidak berikatan kuat dengan substrat, bagian tertentu akan mengelupas, menggelembung, atau retak saat mengalami perubahan suhu dan kelembapan. Dalam jangka panjang, kerusakan ini dan meluas dan semakin dalam. 

Solusi efektif mengatasi finishing kayu retak 

Dalam menghadapi masalah retakan finishing kayu, ada banyak hal yang bisa Anda lakukan, seperti: 

1. Menstabilkan kelembapan/ suhu workshop

Mengingat suhu sangat mempengaruhi retakan finishing, maka Anda perlu memastikan area workshop memiliki suhu yang terkontrol. Dengan begitu, saat mengecat kayu tidak akan mudah mengembang atau menyusut. 

2. Pilih sistem finishing yang cocok 

Gunakan jenis finishing yang cocok dengan karakter kayu dan kondisi pemakaian. Misalnya, finishing water based bisa Anda gunakan untuk area yang lembab, sedangkan polyurethane pada furniture yang ditempatkan pada cuaca ekstrem. 

3. Persiapan permukaan kayu yang tepat

Sebelum finishing, amplas kayu hingga halus dan pastikan permukaannya bersih dari debu, minyak, atau noda. Permukaan yang kotor atau kasar dapat membuat lapisan cat tidak menempel sempurna dan mudah retak. 

4. Teknik aplikasi tipis untuk setiap lapisan

Jangan mengoles atau menyemprot lapisan terlalu tebal. Lapisan yang tebal sulit kering merata dan mudah pecah. Aplikasikan tipis-tipis beberapa kali untuk hasil lebih kuat dan rata.

5. Drying time coating yang sesuai 

Setiap lapisan finishing harus benar-benar kering sebelum Anda mengaplikasikan coating berikutnya. Pengeringan yang terburu-buru membuat lapisan bawah belum kuat dan dapat menyebabkan retak di kemudian hari. 

Lapisan finishing kayu retak umumnya disebabkan oleh perubahan suhu dan kelembapan yang ekstrem. Pemilihan sistem finishing yang kurang tepat dan salah menggunakan produknya juga bisa jadi alasan besar. 

Menghindari kesalahan finishing yang memicu retakan, Anda dapat menggunakan cat water based berkualitas dari Biondustries. Tidak hanya membeli produk, Anda juga dapat konsultasi mengenai kebutuhan finishing bersama tim Bio secara gratis. 

Kami akan merekomendasikan jenis cat yang tepat, baik itu pernis, cat duco, cat enamel yang semuanya berbasis air. Yuk, ciptakan finishing bebas retak dengan cat water based dari Bioindustries. Klik banner di bawah ini untuk mulai konsultasi. 

tanya cs bio
Hotline dan Konsultasi