Ada banyak pilihan bentuk yang tersedia ketika memilih bahan baku rotan untuk furnitur maupun dekorasi bangunan, tergantung pada kreatifitas, gaya, selera Anda untuk memproduksi atau memilihnya.
Furnitur dan kerajinan rotan yang beragam menjadi salah satu bahan yang paling populer digunakan untuk dekorasi, baik interior maupun eksterior. Jadi, mari kita kenali lebih dekat tentang bahan baku rotan ini, asal, dan tips perawatanmya untuk memastikan produk furnitur rotan Anda awet, berkualitas, dan memiliki daya guna yang panjang.
Apa itu rotan?
Rotan (Calamus rotang) merupakan tumbuhan sejenis palma dari kelompok keluarga Arecacaeae yang terkenal kuat dan lentur. Tumbuhan tropis dengan ukuran diameter 2-5 cm ini memiliki daur hidup yang pendek, hampir mirip dengan bambu, sehingga proses regenerasi paska panen berlangsung lebih cepat atau membutuhkan waktu sekitar 2 tahun saja.
Sebagai daerah tropis, hutan Indonesia telah memasok ± 70 persen rotan mentah dunia. Komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) tersebut berperan penting terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Kendati demikian, per 1 Januari 2012 melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35/M-DAG/PER/11/2011 melarang ekspor rotan mentah. Hal ini bertujuan untuk mendorong pengerajin lokal dan sentra-sentra kerajinan rotan seperti di Kalimantan, Sumatera, dan Cirebon untuk memanfaatkan bahan baku tersebut sehingga bisa mendapatkan nilai tambah yang lebih besar.
a. Persebaran rotan dan proses pemanenannya
Melansir dari laman Uwitan, tanaman rotan di Indonesia tersebar di berbagai provinsi, misalnya saja hutan Aceh, Sumatera Utara, Katingan (Kalimantan Tengah), Banjarmasin, serta Palu. Selain itu, bahan baku rotan juga bisa dijumpai di hutan-hutan Asia seperti halnya Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh.
Ruas-ruas rotan dipanen ketika sudah batangnya sudah menua, memiliki panjang sampai dengan 4 meter dan berjarak 1-1,5 meter dari pangkal tumbuh agar tidak mengalami kebusukan. Selanjutnya, pelepah yang sudah mengering harus dibuang, durinya disisik. Kemudian rotan basah/mentah ini diangkut dari hutan. Beberapa pemanen rotan menjual rotan mentah dengan harga yang murah, namun beberapa diantaranya ada yang mengeringkannya di bawah sinar matahari dan kemudian disimpan.
Tumbuhan rotan yang menjalar ke atas ini biasanya melengkung pada bagian ujungnya. Pada proses pengeringan, batang rotan yang panjang diluruskan, dinilai berdasar diameter dan kualitasnya. Barulah rotan kering bisa dikirim ke produsen mebel atau pengerajin untuk dibentuk dan didesain sekreatif mungkin atau bahkan mewujudkan bentuk yang tidak mungkin dibuat dari kayu.
Kerajinan rotan yang mendunia
Masyarakat Indonesia, terutama Sumatera Selatan dan Kalimantan memanfaatkan rotan sebagai furnitur dan kerajinan rumah tangga. Namun, seiring berjalannya waktu dan pesatnya perdagangan komoditas lintas negara, penggunaan rotan menyebar ke berbagai benua lainnya. Furnitur dan anyaman rotan digunakan di hotel, resort, pantai. Ia menjelma kursi berjemur, tempat tidur bayi, dan lain sebagainya.
Rotan adalah simbol status sosial, ia juga pernah menjadi simbol perlawanan pada akhir abad 20. Selama akhir abad 19- awal abad 20, perabotan dari rotan dan bambu masuk ke pasar Inggris melalui Pemerintah Kolonial di Asia Tenggara yang kembali ke asalnya. Furnitur rotan dan bambu tersebut relatif ringan dan cocok dengan iklim Eropa maupun Amerika yang sejuk. Budaya ini hadir juga di kalangan pegawai pemerintah kolonial Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pada masa sebelum kemerdekaan. Lihat peletakan furnitur rotan pada tahun 1915 dalam film sketsa “Mina, Het Dienstmeisje Gaat Inkoepen Doen.”
Mendunianya bahan baku rotan untuk furnitur juga tidak lepas dari peran media dan dunia hiburan. Pada tahun yang hampir bersamaan, kursi rotan dengan sandaran yang besar dan tinggi seperti ekor merak muncul di media massa Amerika. Tak lama kemudian, desain tersebut menjadi sangat populer dan digunakan oleh petinggi negara-negara hingga selebriti di Amerika, seperti John F. Kennedy, Winston Churchill, Marilyn Monroe, dan lainnya.
Trend penggunaan rotan
Rotan merupakan material klasik yang bisa masuk ke dalam berbagai trend furnitur sepanjang zaman. Apa yang membuat bahan baku rotan menjadi begitu populer adalah bahan berkelanjutan dan minim perawatan. Hal ini cocok bagi Anda yang memegang nilai sustainable living yang menghadirkan atau menggunakan barang serta material ramah lingkungan.
b. Victorian Age- 1837-1901: Pelengkap foto studio dan revolusi transportasi
Kursi yang bisa berpose, begitulah kursi rotan digunakan di studio foto pada abad 19-20an. Selain itu, dilansir dari beberapa sumber, Victorian Age merujuk pada zaman keemasan kerajaan Inggris yang melihat bahwa anyaman rotan merupakan barang seni kelas tinggi di negara-negara koloni selama masa eksplorasi. Masa ini juga menandai revolusi industri 1 dengan perubahan besar pada mesin dan moda transportasi umum. Jadi, tidak mengherankan jika material yang ringan dan awet ini juga berdampak besar sebagai pelengkap revolusi industri.
c. Anyaman Klasik Amerika (1890-1970an)
Material rotan mengalami kejayaan sebagai bahan utama dalam furnitur, dekorasi interior, dan aksesori rumah tangga ketika masuk ke Amerika. Cyrus Wakefield mengubah cara penggunaan rotan tidak hanya sebagai furnitur, melainkan juga produk anyaman yang halus dengan mendirikan perusahaan Wakefield Brother. Hadirnya perusahaan yang memproduksi massal anyaman rotan membuat kerajinan tersebut bisa diakses dan dimiliki oleh semua orang.
Anyaman rotan yang semakin eksis pada tahun 1920 tersebut membuat citra kursi anyaman rotan dengan sandaran yang tinggi dan lebar adalah kursi yang indah, megah, dan elegan. Tren penggunaan kursi anyaman rotan ini bertahan hingga 1970an loh, Sobat Bio. Penggunaan kursi rotan menjadi simbol gaya hidup yang santai dan bebas.
Namun, seiring berjalannya waktu, tren desain interior berubah dan peminatan terhadap kerajinan rotan pun turun. Material sintetis seperti plastik, logam, dan kulit menjadi bahan yang lebih umum untuk pembuatan furnitur modern. Kendati demikian, rotan rak pernah benar-benar menghilang. Beberapa pengerajin tetap mempertahankan penggunaan material rotan untuk karya-karya mereka.
d. Bohemian Style (2010an)
Penggunaan rotan maupun anyaman rotan kembali meningkat pada 2010 seiring dengan preferensi konsumen dan developer perumahan untuk membuat hunian menjadi estetik dan dekorasi yang lebih organik serta alami. Dekorasi bergaya boho ini mengedepankan penggunaan serat-serat alam dan mengusung perpaduan konsep shabi chic dan vintage. Biasanya, furnitur yang digunakan adalah lemari, meja, dan kursi pendek penuh dengan tekstur alami yang ekspresif.
Perawatan dan finishing kerajinan rotan
Melihat sejarah panjang popularitas dan pemanfaatan rotan sebagai bahan furnitur dan kerajinan lainnya untukk di dalam dan luar ruangan, membuktikan bahwa material tersebut layak Anda gunakan dalam berbagai proyek. Batang rotan mudah sekali untuk dibentuk dan dibengkokkan hingga menghasilkan lekukan yang indah dan kuat. Tampilan dari warna alami bisa membuat identitas sebuah ruangan semakin nampak jelas, sekaligus bisa memberikan nuansa yang hangat.
Material rotan juga tahan lama dan dapat bertahan dalam kondisi cuaca ekstrim seperti kelembaban, suhu udara tinggi, serta tahan terhadap serangan serangga.
Namun, seperti halnya bahan furnitur atau kerajinan berbahan alami lainnya, penting sekali untuk memastikan bahwa material ini dirawat dengan baik. Jika tidak, rotan bisa menunjukkan tanda-tanda terkena jamur dan perubahan warna. Proses pengawetan dan perawaran yang tepat bisa menjaga material rotan tetap bersih dan kokoh.
Pengawetan rotan dengan Biocide Insectide
Selain memiliki kelebihan sebagai material yang mudah dibentuk, ternyata rotan juga memiliki beberapa kekurangan. Misalnya saja, mudah terserang kutu bubuk pin hole dan jamur blue stain jika perawatan paska panen tidak tepat dan material tidak kering maksimal.
Bagi Anda yang merupakan produsen furnitur dan anyaman rotan, Anda bisa menggunakan larutan anti jamur dan serangga Biocide Insecticide dan Fungicide yang efektif mencegah jamur dan serangga setelah proses pengeringan rotan. Anda bisa hemat waktu tanpa harus melakukan pengawetan dengan cara perendaman. Atau bisa juga mengaplikasikan larutan tersebut setelah perakitan, tepatnya sebelum melakukan finishing.
Baca juga: aplikasi biocide insecticide pada rotan, kayu, dan bambu
Finishing rotan natural dengan Biovarnish Series 2x lebih cepat kering
Material rotan memiliki warna kuning yang pucat setelah proses pengeringan. Anda bisa mempertajam warna aslinya dengan finishing natural menggunakan pernis Biovarnish Series. Selain mempertajam warna, Biovarnish Liquid Stain ini sangat mudah diaplikasikan. Anda bisa melakukan dengan cara spray atau kuas dan tak perlu khawatir mengenai waktu pengeringan. Dengan formula berpelarut air, finishing produk rotan Anda bisa 2 kali lebih cepat kering.
Orchid Enamel Paint untuk finishing rotan warna solid yang hemat
Mau finishing warna-warni yang lebih hemat? Anda bisa menggunakan cat multifungsi dari Orchid Enamel Paint dengan 12 pilihan warna solid dan 4 pilihan warna metalik untuk finishing antik. Cukup dengan menambahkan air untuk pelarut, Anda bisa langsung mengaplikasikan pada permukaan rotan yang telah dianyam.
Perawatan rutin furnitur rotan
Berdasar bentuk dan teknik konstruksi furnitur yang menimbulkan banyak lekukan dan anyaman, maka banyak area furnitur yang dilingkupi oleh debu atau menjadi tempat bersembunyinya kutu busuk. Oleh karena itu, Anda perlu membersihkan secara rutin dengan sikat lembut pada sela-sela rotan setiap minggu.
Sedangkan pembersihan yang lebih menyeluruh harus dilakukan setiap bulan menggunakan kain bersih. Anda juga bisa memanfaatkan Biopolish Natural Oil, minyak alami yang bisa merawat permukaan rotan. Jadi perabotan rotan Anda bisa bebas kusam dan tungau, deh.
Temukan produk pengawetan hingga perawatan rotan yang aman dan terpercaya di sini
Kesimpulan
Pada 2027 mendatang, industri kerajinan rotan diproyeksikan meningkat hingga 5 persen dengan nilai lebih dari 4 miliar dolar per tahun. Namun, kondisi di lapangan terkait dengan ketersediaan bahan baku masih menjadi perhatian para pelaku industri mengingat banyak kerusakan lahan yang terjadi di hutan-hutan Asia Tenggara. Salah satu cara untuk mempertahankan bahan baku ini adalah dengan konservasi (produksi rotan bersertifikat Forest Stewardship Council (FSC)) dan penebangan yang lebih ramah rotan.
Jadi, mudah kan memahami mengapa kerajinan rotan memiliki nilai jual yang tinggi dan menjadi ikon menarik sepanjang masa? Kerajinan dan anyaman rotan yang sederhana nan elegan ini mampu meningkatkan keindahan dekorasi dan penampilan rumah siapapun yang menggunakan material tersebut.