Bioindustri Omnipresen

Blog

Bahaya Timbal pada Cat Berbahan Solvent Terhadap Pertumbuhan Anak

Pada Juli 2020 lalu, UNICEF dalam kolaborasinya dengan Pure Earth melansir sebuah hasil penelitian mereka terkait bahaya timbal dalam kaitannya dengan kesehatan pada anak-anak.

Dalam penelitian itu disebutkan bahwa ada sekitar 800 juta anak-anak menyimpan racun timbal dalam tubuh mereka. Tentu bukan karena kebutuhan, mereka sedang terpapar salah satu zat kimia dari jenis logam berat mematikan itu.

Hasil penelitian itu menemukan bahwa selain aki (yang mengandung banyak kandungan logam timbal), di negara berpendapatan menengah dan rendah, terdapat penyebab lain keracunan akibat kandungan timbal. Disebutkan bahwa pipa-pipa yang digunakan untuk mengalirkan air juga ikut ambil bagian dalam kejadian keracunan anak-anak akibat peralatan tersebut mengandung logam timbal.

Dampak Timbal yang Terkandung pada Cat Solvent

Selain dua hal di atas, masih ada kandungan timbal lainnya pada bahan buangan dari industri, daur ulang baterai, kandungan timbal pada cat dan pigmen, bensin timbal, timbal solder dalam kaleng makanan, timbal di dalam bumbu-bumbu, produk kosmetik, obat-obatan tradisional, mainan, dan produk konsumer lain.

Dalam penelitian berkaitan dengan keracunan timbal terhadap anak oleh UNICEF dan Pure Earth ini ditemukan bahwa anak-anak menyimpan timbal dalam tubuh mereka sebesar 5 mikrogram per desiliter. Jumlah yang cukup untuk mendapatkan perawatan kesehatan intensif menurut standar yang dikeluarkan WHO, juga standar yang sama yang diakui Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.

bahaya timbal pada anak

Timbal merupakan logam berat toksik yang harus diwaspadai manusia karena efeknya yang membahayakan. Padahal, banyak cat yang mengandung logam berat ini. Agar aman dari bahaya timbal dalam cat, konsumen harus benar-benar teliti sebelum membeli.

Masih menurut laporan yang sama, hampir separuh dari anak-anak yang terdampak timbal berasal dari Asia Selatan. Di Indonesia? Kita tentu berharap sebaliknya. Namun, menilik data yang dikeluarkan oleh penelitian yang sama, dari 5 lokasi yang jadi tempat pengambilan sampel penelitian, Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak negara terdampak.

Selain publikasi pertama kalinya bahaya timbal pada kecerdasan anak di atas, penelitian berkaitan dengan bahaya timbal sebenarnya sudah gencar dilakukan beberapa tahun ke belakang. Salah satu hasil penelitian oleh Nexus3 berkolaborasi dengan International Pollutant Elimination Network (IPEN) pada September hingga Oktober 2019, dari total 20 taman bermain anak dan 12 taman di area mall atau apartemen di Jakarta, sebanyak 69%-nya mengandung timbal lebih dari ambang batas yang ditetapkan oleh WHO, yakni sebebsar 90 bagian per juta (ppm).

Dari total 32 taman tersebut, peralatan taman yang dicat dengan warna merah dan kuning bahkan memiliki kandungan timbal mencapai 40.000 ppm, 44 kali lebih besar dari ambang batas yang ditetapkan WHO.

Proses Timbal Masuk ke dalam Tubuh

Untuk mengetahui proses timbal masuk ke dalam tubuh, paling tidak kita mengenal tiga cara. Melalui makanan, pernapasan dan absorbsi pada kulit. Ketiga cara timbal masuk ke dalam tubuh ini, masing-masing punya cara paparan khusus.

Melalui makanan dan pernapasan adalah yang paling umum terjadi. Timbal masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang terpapar timbal yang terkandung dalam bahan makanan atau alat makanan kita. Sebut saja piring yang mengandung timbal. Atau pada bahan makanan, (sayur-sayuran dan buah-buahan) yang terpapar logam berat timbal akibat ditanam di lokasi yang paparan timbalnya tinggi.

Pada prosesn paparan timbal melalui pernapasan, terjadi ketika udara di sekitar kita mengalami polusi oleh timbal yang berubah menjadi gas. Orang-orang yang terpapar timbal dalam bentuk gas ini, biasanya mereka yang tinggal di lokasi dekat dengan pabrik (terutama pabrik aki dan daur ulang baterai).

Proses lain yang tidak kalah berbahaya adalah adsorbi pada kulit. Terjadi ketika bahan yang mengandung timbal atau yang sudah terpapar timbal bersentuhan langsung dengan kulit kita dalam waktu dan jumlah yang cukup untuk timbal dapat masuk ke dalam tubuh.

Tidak heran, pada akhirnya banyak orang merasa was was ketika anak-anak mereka bermain di taman bermain yang dicat menggunakan cat berbahan organik dan mengandung timbal dalam jumlah besar. Salah satunya yang terjadi pada seorang warga bernama Tamara, dalam keterangannya kepada Kumparan.com.

Walau Tamara sendiri juga paham bahwa dari kabar yang beredar, paparan timbal terutama yang kemungkinan terjadi ketika anaknya bermain di taman bermain membutuhkan waktu yang tidak sebentar, tetap saja kekhawatiran menyelimutinya. Pasalnya, justru bahaya laten timbal terjadi dalam paparan dalam jumlah sedikit demi sedikit namun dalam waktu yang cukup konsisten.

Timbal bisa Sebabkan Kerusakan Otak

Nah, bicara bahaya paparan timbal, aladokter.com menyajikan gejala yang mungkin akan dialami anak-anak ketika terpapar timbal dalam waktu relatif lama. Anak Anda mungkin akan mengalami gejala, seperti nafsu makan dan berat badan menurun, mudah merasa lelah dan lesu akibat anemia, nyeri perut dan kram, muntah, konstipasi, kejang, dan kehilangan kemampuan mendengar.

Namun, tidak semua akibat paparan timbal dapat dikenali sebagai gejala fisik. Jika kita kembali membahas temuan UNICEF dan Pure Earth mengenai dampak paparan timbal pada anak-anak kita akan menemukan hal yang lebih mencengangkan.

Diungkapkan bahwa timbal bersifat neurotoksin. Neurotoksin sendiri adalah jenis toksin dalam tubuh yang dapat mempersingkat masa hidup sel saraf. Paparan timbal yang bersifat neurotoksin ini akan sangat mempengaruhi proses tumbuh kembang otak anak dan juga balita. Sebabnya, pada umur anak dan balita, tumbuh kembang otak anak belum berkembang secara penuh sedangkan paparan neurotoksin akan menyebabkan kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki.

Kejadian kerusakan otak pada usia anak sebagai akibat paparan timbal ini juga diperkirakan akan mempengaruhi kesehatan jiwa dan gangguan perilaku, serta peningkatan perilaku tindak kejahatan dan kekerasan, masih berdasarkan hasil penelitian dari UNICEF dan Pure Earth dalam rilisnya.

Potensi kerugian juga tidak hanya terjadi pada dunia kesehatan dan perilaku sosial. Unicef dan Pure Earth memperkirakan ada potensi kerugian ekonomi mencapai USD 1 triliun sebagai akibat kerugian ekonomi akibat anak-anak yang terdampak oleh racun timbal.

 

tanya cs bio
Tanya Bio!