Bioindustri Omnipresen

Blog

Kesalahan Umum dalam Pengawetan Kayu Standar Ekspor Internasional Wajib Dihindari

Pengawetan kayu bukan sekedar langkah produksi, tapi jaminan bahwa produk kayu memenuhi persyaratan ketat dari negara tujuan. Sedikit kesalahan dalam pengawetan kayu standar ekspor internasional bisa menimbulkan gagal kirim yang merugikan bisnis Anda. 

Kayu merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi di pasar global. Namun, untuk bisa bersaing di pasar internasional, tidak cukup hanya mengandalkan keindahan serat atau kekuatan struktur kayu saja. 

Diperlukan proses pengolahan yang memenuhi standar teknis dan lingkungan yang ditetapkan negara tujuan seperti pengawetan kayu. Pengawetan bertujuan melindungi material dari serangan organisme perusak seperti jamur, rayap, dan mikroba lainnya. 

Dalam konteks ekspor, kesalahan kecil dalam proses pengawetan bisa berdampak besar, seperti tertahannya barang di pelabuhan atau bahkan penolakan penuh dari otoritas bea cukai negara tujuan. Hal ini bisa terjadi karena beberapa negara memiliki regulasi ketat terhadap kayu impor. 

Sayangnya, masih banyak produsen atau eksportir di Indonesia yang secara tidak sadar melakukan kesalahan dalam tahapan pengawetan. Apa saja kesalahannya? Mari simak bersama-sama agar bisnis ekspor Anda berjalan lancar.  

7 Kesalahan umum dalam pengawetan kayu standar ekspor internasional 

Kesalahan dalam mengawetkan kayu bisa datang dari berbagai hal, mulai dari kayu tidak memiliki kelembaban yang sesuai hingga penyimpanan yang buruk. Berikut ini kesalahan umum apa saja yang harus Anda waspadai dari sekarang:

1. Pengeringan kayu tidak konsisten 

Salah satu kesalahan paling umum yang sering terjadi dalam industri pengolahan kayu adalah proses pengeringan yang tidak merata atau tidak sesuai standar. Kayu yang tidak dikeringkan secara konsisten akan menyimpan kadar air yang berlebih di beberapa bagian, sehingga mudah berubah bentuk saat suhu lembab. 

Masalah ini biasanya terjadi karena kurangnya kontrol suhu dan kelembaban dalam ruang pengeringan atau proses pengeringannya manual. Beberapa pelaku usaha juga sering terburu-buru mengeringkan untuk menghemat waktu dan biaya. 

Baca Juga: Pengawet Kayu Ramah Lingkungan untuk Konstruksi Kuat Tahan Lama

2. Penggunaan bahan pengawet yang salah 

Beberapa pelaku usaha menggunakan pengawet yang murah dan mudah diperoleh tanpa memeriksa kandungan kimianya. Padahal beberapa negara tujuan ekspor sangat ketat terhadap penggunaan zat berbahaya seperti arsenik atau kromium. 

Penggunaan bahan pengawet seharusnya merujuk pada standar yang berlaku, misalnya bahan sudah lolos uji efektivitas dan keamanan di bawah regulasi ECHA (Uni Eropa) atau EPA (Amerika Serikat). 

3. Pengawetan tidak merata

Masalah lain yang sering diabaikan adalah pengawetan kayu tidak dilakukan secara merata. Hal ini biasanya terjadi karena metode pengolahan tidak menjangkau seluruh bagian kayu secara menyeluruh, terutama jika hanya dilakukan dengan teknik menyemprot permukaan. 

Pengawetan yang optimal seharusnya mencakup penetrasi hingga ke bagian dalam kayu, terutama untuk jenis kayu keras atau produk dengan ketebalan tinggi. Teknologi seperti vacuum-pressure treatment atau double diffusion dapat membantu memastikan zat pengawet tersebar merata. 

4. Tidak memenuhi ketentuan debarking 

Ketentuan debarking atau penghilangan kulit kayu juga sangat penting untuk produk kayu ekspor, terutama untuk komponen kayu struktural atau mentah. Kulit kayu adalah tempat alami bagi larva serangga dan spora jamur, sehingga jika masih menempel dapat menyebabkan penolakan produk di tujuan akhir. 

Kesalahan dalam proses debarking biasanya terjadi karena alat yang digunakan tidak presisi atau operator tidak memahami standar debarking yang berlaku. Padahal, proses ini relatif mudah jika dilakukan dengan peralatan yang tepat dan tenaga kerja terlatih. 

5. Kadar air tidak sesuai standar 

Salah satu indikator utama kualitas kayu adalah kadar air (moisture content) yang terkandung di dalamnya. Jika kadar air melebihi ambang batas yang ditentukan (biasanya < 20% untuk furniture dan interior), kayu akan sangat rentan terhadap pembusukan, perubahan bentuk, dan serangan jamur.

Kesalahan ini seringkali disebabkan oleh tidak digunakannya alat ukur kadar air seperti moisture meter atau pengujian oven-dry. Proses pengeringan yang tampak “kering” di permukaan belum tentu menjamin bagian dalam kayu sudah stabil.

6. Penandaan dan sertifikasi tidak lengkap 

Setelah kayu diawetkan, langkah penting yang tidak boleh dilewatkan adalah proses pelabelan dan sertifikasi. Produk kayu yang telah memenuhi standar pengawetan internasional seperti ISPM 15 harus dilengkapi dengan tanda resmi berupa stempel IPPC, kode negara, metode treatment, dan nomor registrasi produsen.

Selain penandaan fisik, dokumentasi sertifikasi juga wajib disiapkan dan disertakan dalam dokumen ekspor. Ini mencakup sertifikat heat treatment, laporan uji kadar air, dan detail bahan pengawet yang digunakan. 

7. Pengemasan dan penyimpanan setelah treatment buruk 

Setelah proses pengawetan selesai, langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah pengemasan dan penyimpanan kayu. Kesalahan umum terjadi ketika kayu yang sudah diawetkan disimpan di tempat lembab atau terpapar langsung ke udara terbuka, sehingga kadar air kembali naik atau terkontaminasi jamur. 

Pengemasan yang sesuai seharusnya melibatkan pembungkus kedap uap atau pengaturan suhu dan kelembaban di ruang penyimpanan. Jangan sampai kerja keras di tahap pengawetan sia-sia hanya karena ruang penyimpanan tidak memadai. 

Dampak dari kesalahan pengawetan terhadap ekspor

Terus melakukan kesalahan umum dalam pengawetan kayu, maka akan berdampak pada beberapa hal berikut:

1. Penundaan pengiriman

Inspeksi tambahan bisa saja terjadi jika ternyata produk kayu yang Anda kirim tidak sesuai dengan regulasi sehingga biaya kirim membengkak. 

2. Penolakan atau retur barang

Bea cukai negara tujuan dapat menolak barang, sehingga Anda harus menanggung beban biaya pengembalian atau pemusnahan. 

3. Denda dan biaya tambahan 

Negara tujuan bisa saja mengenakan denda hingga jutaan rupiah karena pelanggaran pemakaian bahan kimia berbahaya. 

Tips menghindari kesalahan pengawetan kayu standar ekspor

Setelah mengetahui kesalahan dalam pengawetan kayu standar ekspor internasional yang sering dilakukan tanpa sadar, Anda bisa mulai menghindarinya. Agar ekspor berhasil, maka tips pengawetan kayu berikut bisa Anda ikuti:

1. Pelatihan SDM secara teratur

Tenaga kerja harus memahami prosedur pengawetan, pengukuran kadar air, dan penandaan sesuai IPPC. Sertifikasi dan workshop rutin perlu diadakan agar mampu menjaga kualitas proses pengawetan kayu. 

2. Gunakan sistem kontrol kadar air 

Investasikan oven-dry atau moisture meter untuk memantau proses pengeringan. Catat data setiap batch agar traceability terjaga bila sewaktu‑waktu diperlukan audit.

3. Melakukan audit atau pemeriksaan internal rutin

Lakukan audit internal menyeluruh tiap tahap, dari persiapan kayu hingga packaging akhir. Buat daftar cek (checklist) berdasarkan standar IPPC dan guideline Eropa untuk tiap batch produksi jika Anda menyasar konsumen di sana. 

4. Menggunakan bahan pengawet yang aman dan tepat

Tidak kalah penting, Anda pun harus menggunakan bahan pengawet kayu yang aman dan juga tepat. Seperti Biocide bahan pengawet kayu dengan pelarut air yang aman dan efektif mengawetkan kayu agar bebas dari jamur hingga serangga. 

Jika Anda ingin mendapatkan bahan pengawet kayu yang aman seperti Biocide, segera hubungi tim Bio dengan klik banner di bawah ini. Anda bisa konsultasi gratis dan menemukan bahan pengawet kayu yang bagus untuk ekspor. Klik sekarang dan sukseskan bisnis ekspor Anda!

tanya cs bio
Hotline dan Konsultasi